April 02, 2012

ke(tidak)beruntungan

menilai seberapa beruntung dirimu, tidak hanya dapat dilihat dari jumlah temanmu, dari berapa banyak orang yang mengenalmu, ataupun dari banyaknya jumlah orang-orang yang menyayangimu, seberapa banyak kau memenangkan undian, mendapatkan hadiah, mendapatkan apapun yang kau mau. apapun itu, yang bisa kau raba ataupun hanya bisa tersentuh oleh nalar dan perasaanmu. saya rasa apa yang dinamakan beruntung masih jauh dari itu.
bicara soal beruntung ataupun kurang beruntung. saya masih merasa tidak seberuntung orang-orang di sekelilingku. hari ini saya berupaya mengasihani diriku yang sepertinya selalu saja dilingkupi, dikungkung oleh segala hal yang berbau tidak beruntung.
banyak hal yang membuatku merasa seperti itu. ini bukan curhatan kosong tak berguna keluhan galau untuk kalian baca. jangan mengasihaniku saat kalian-mungkin- saja sedang membaca atau tidak sengaja membaca tulisan yang agak sedikit ngaco dan memprihatinkan ini.
seberapa yakin kita jika sebenarnya kita ini termasuk sebagai orang yang beruntung? dan seberapa yakinkah saya, bahwa sebenarnya saya juga beruntung. mungkin saja beruntung, seberuntung kalian. masuk ke dalam golongan "kita" ada hal, banyak hal yang sebenarnya ingin saya tumpahkan disini. sebanyak tumpahan minyak di samudera yang mencemari habitat hidup ikan dan teman-temanya. tapi percayalah, insyaAllah hal yang saya akan tumpahkan ini tidak mencemari kalian. saya tidak pernah bermaksud, sedikitpun tidak pernah terlintas di benakku untuk membagi kesusahanku, kesedihanku sehingga mencemari kesenangan kalian.
mengapa saya merasa tidak beruntung? pertanyaan ini kadang datang menyerangku. tidak hanya sesekali. seringkali beruntun, terus-menerus mencekoki otakku dengan akarnya yang seiring berlalunya detik semakin kuat.  saya selalu bertanya itu kepada diri saya. saya tau jawabannya. bahkan saya bisa menjelaskan alasan dari jawaban yang saya limpahkan untuk pertanyaanku ini. setiap saya menjawabnya dengan segala tetekbengek alasan-alasan yang masuk akal, dengan alasan yang kuat dan bisa diterima. sekuat itu juga bahasa penyangkalanku bertahan. bertahan pada poin "ketidakberuntungan". entahlah. saya bisa mengatakan saat ini juga, kalau setiap manusia memiliki porsinya masing-masing baik dalam hal keberuntungan dan ketidakberuntungan dan kekurangberuntungan yang menimpanya. saya juga bisa memposisikan diriku untuk membuatnya mengerti akan ketetapan itu.
sejuta satu alasan pembenaran dan pembelaan tentang seberapa beruntungnya diriku akan dilawan oleh sepuluh juta satu alasan penyangkalan yang membuktikan ketidakberuntunganku. bahwa saya adalah manusia yang paling malang, bodoh, yang patut dikasihani, dibohongi dengan sejuta topeng senyum palsu. di satu sisi lain saya merasa beruntung. di satu sisi lainnya yang memiliki wilayah yang luasnya sepuluh kali lipat dari sisi beruntung saya, diduduki oleh ketidakberuntungan saya. apa sebenarnya beruntung itu? apa sebenarnya ketidakberuntungan itu? apa yang menguntungkan dari merasa beruntung, lebih beruntung ataupun sangat beruntung. dan apa yang merugikan dari merasa kurang beruntung ataupun sama sekali tidak beruntung.

salam saya, 



ndah

12.51 am
28 03 2012

2 komentar:

  1. kamu benar-benar lagi ngaco de,, tapi teruskanlah posting kaco semacam ini. Tidak banyak yang berani menuliskan isi hatinya sejelas kamu. Blog yang saya baca rata2 adalah hasil jiplakan. Tapi blogmu terasa menarik karena "kaco"nya itu, kelihatan originalitasnya..
    Suka baca buku??? Ini ada yang menarik
    http://www.expose.co.id/anaksejutabintang/home

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe....saya hanya suka membuang sebagian apa yang ada di kepala saya. terasa berbeda saat bercerita tentang ini itu ke orang atau ke sahabat dibanding bercerita ini itu ke tulisan. terima kasih atas komentarnya :)
      akhirnya ada yang komen juga. smoga kamu masih "normal" mau membaca tulisan kaco saya...hehehe

      Hapus