September 21, 2012

manis temannya pahit

manis tak akan ada jika kita belum pernah merasakan yang namanya pahit, begitu juga sebaliknya. ini hanya pendapat personal saya saja. tadi pagi, saya bermimpi dikejar preman cilik, saya berlari, menemui sebuah masjid, mengambil air wudhu. ketika ingin memasuki masjid, lengan kanan atas sepertinya tersangkut benda tajam dan keras, saya rasa itu pagar besi milik si masjid. anehnya, rasanya tidak mau hilang. hingga serangan kedua datang, saya kaget, terbangun, refleks, melempar sarung buluk kesayanganku. dan engingeeeng...seekor lipan ukuran sedang keluar dari balik sarung saya. shock! kaget! saya baru saja digigit lipan. awalnya saya coba tenang, mencari minyak gosok, mengusapkannya pada yang luka. tapi tidak berhasil, semakin parah, semakin sakit. refleks menghubungi bapak, dan seketika itu, air mata saya mengucur keras, saya menangis sejadi-jadinya, seperti anak kecil. harus merasakan sakit yang amat sangat sementara ibu dan bapak berada jauh di ujung sana. mereka tidak didekatku. oke, saya akui saya cengeng.
setelah mendapatkan pertolongan pertama dari orang rumah, paginya saya bergegas ke puskesmas terdekat, memeriksakan kondisi saya ke yang berwenang, dokter. diberi obat setelah diperiksa sekaligus mendengar reaksi dan komentar orang-orang yang ada di ruang periksa, dokter, perawat, sampai pasien. intinya,,,,double wow buat saya! -___-"
dokter bilang, saya harus segera diberikan suntikan TT. entahlah itu suntikan apa, yang jelas katanya suntikan ini berfungsi untuk melumpuhkan racun yang disalurkan si lipan tadi saat menggigit saya. yes pengalaman pertama di gigit serangga yang punya bisa. semoga kalian tidak mengalami hal yang sama dengan saya. akhirnya saya ke UGD puskesmas tadi, dan berita bagusnya, mereka tidak punya persediaan vaksin TT. greaaat...saya tidak mau mati di puskesmas yang pelayananan pegawainyanya "agak-agak" dan jauh dari ibu bapak. mereka menyarankan untuk datang keesokan harinya atau ke puskesmas terdekat. oke...reaksi pertama saya nganga kayak orang tolol, bingung, marah, depresi, mau gila. saya kena racun lipan dan saya harus segera mendapatkan vaksin itu. setelah blablablabla...saya  akhirnya ke puskesmas lain yang terdekat, akhirnya dapat suntikan TT. alhamdulillah. tentunya setelah mendapat reaksi wow-wow-wow dari perawat dan dokter (lagi). saya disuntik dengan perasaan gembira. alhamdulillah. pagi yang pahit diakhiri dengan sesuatu yang manis. 

sorenya, saya memenuhi janji dengan kawan lama saya setelah berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan mencocokkan jadwal untuk ketemuan (sumpah, bukan bermaksud untuk sok) akhirnya kami setuju untuk bertemu hari ini. dengan kondisi yang belum fit, masih linglung, dan kadang-kadang harus menahan nyeri sekaligus sakit mahadahsyat dari bekas gigitan si lipan tadi (oke ini agak sedikit lebay) akhirnya saya memenuhi janji saya. sembari berpikir, kenapa saya memaksakan janji ini, tentunya teman saya tadi akan maklum dengan kondisi saya jika saya berterus terang. hidup selalu dihadapkan kepada pilihan-pilihan, dan sepertinya sore itu saya memilih keputusan yang agak salah (sedikit pahit karena pertimbangan yang tidak jelas). kami bertemu, makan pizza sampai puas, bertukar cerita mengenai kehidupan kami sekarang, mengenang cerita yang lalu, yang lampau, bertahun-tahun lalu, tertawa, mengenang beberapa eh sebagaian besar eh semua cerita masa lalu. (waktu yang manis, saat ini saya lalui).

sore kami diakhiri dengan berita berpulangnya adik teman kami, adik sahabatku. dia "diambil" ketika kampusnya bentrok, entah apa penyebabnya. kaget dan sedih mendengar kabar ini. kuputuskan menghubungi kakaknya, akhirnya kami berkomunikasi setelah sekian lama terlupa. seperti biasa dia tetap dia yang sabar, yang stay cool, dia yang ahli dalam menyembunyikan emosinya. dari suaranya dia tabah, tapi saya tau dia tidak. saya tidak tau harus mengatakan ini manis atau pahit didalam kondisi seperti ini. saya senang karena akhirnya saya bisa berbicara dengannya setelah sekian lama, tapi juga teramat sedih karena topik yang mempertemukan kami adalah adiknya yang harus duluan pergi menghadapNya. dan, kita tak pernah sadar sampai sesuatu itu benar-benar hilang dan pergi meninggalkan kita jauh, selamanya. yang tinggal hanya "seandainya". semoga amalan-amalan adiknya mendapat tempat yang layak di sisi-Nya, semoga kamu dan keluarga besarmu, ikhlas dan tabah menghadapinya. al-fatihah. 

dalam sehari banyak manis dan pahit yang terlewati setiap detiknya. itulah hidup. saya rasa.



salam 


ndah