April 09, 2012

ibu dan saya

ibu. di tulisan-tulisan saya sebelumnya apa saya pernah menulis sesuatu tentangnya? belum yah? itu bukan berarti saya tidak menyayanginya, atau melupakannya. tidak. itu salah. setiap detik dari ingatanku, tak pernah lupakan akan beliau. sosoknya selalu ada dimana-mana. mengelilingiku. merekahkan senyumanku, menggetarkan dadaku, menumpahkan airmataku, merindukan dekapannya, hanya dengan mengingatnya. atau mendengar, membaca kata "ibu".  mengingat setiap ekspresi wajahnya saat bertemu, senyumannya, belaiannya, suaranya, caranya memanggilku, caranya menegurku. kangen ibu dengan segala daya yang kupunya. setiap detik tak pernah sedikitpun diriku luput dari sosoknya.
hubunganku dengan ibu unik. rumit. lucu. aneh namun tetap indah. mungkin karena dalam keluarga, kami dikelilingi oleh lelaki. hanya saya dan ibu, perempuan-perempuan yang membutuhkan perlindungan dan kasih sayang dari mereka. bapak dan saudara-saudaraku. 
mengapa demikian? kadang kami terlihat layaknya hubungan ibu dan anak, saling memanja. kadang kami seperti dua sahabat yang tak terpisahkan, saling menjahili dan menggoda. kadang kami seperti sepasang musuh, yang terkadang beradu pendapat, marahan, dan selalu diakhiri dengan tangisanku. dan jutaan penyesalan. kami dua wanita sedarah yang sangat unik. aneh menurutku. dadaku bergetar saat menyebutnya. mataku beradu dan bertahan mencegah airmata membanjiri pipiku saat mengingatnya. berjauhan dengannya membuatku selalu rindu. entah kalimat apa yang cocok merepresentasikan rasaku saat ini. nalarku tak dapat menerjemahkannya. saya hanya tau, saya sayang ibu, sayang ibu, sayaaang ibu, sayang ibu, sangat sayang ibu.   marahnya bencana untukku, walau saya tau, marahnya hanya sedetik, setelah itu lupa. keacuhan dan lupaku yang sering membuatnya marah. aduh, ibu, maafkan ka...maafkan saya. maaf jika lupa mengabarimu. maaf jika lupa menelponmu memberitahumu, bahwa semuanya baik-baik saja. putrimu yang bandel dan susah diatur ini baik-baik saja, masih sehat berkat doa dan ridhomu. ibu, ibu, ibu, ibu, ibu, ibu, ibu, ibu, ibu, ibu, ibu, rasanya tak bosan lisan ini memanggilmu. ibu. ibuku sayang.



anaknya ibu
:)

April 07, 2012

kebodohan dan prasangka

jauhkan segala prasangka yang menggunung setiap menit.yang menggulung segala kesenanganmu menjadi curiga dan kekecewaan.
acuhkan segala hal yang bisa mengindikasikan serangan kesedihan didirimu.
maju dan tersenyum, jangan sekalipun menoleh ke belakang. semenitpun jangan. hanya untuk melihat sebentar apa yang terjadi di belakangmu.
jangan sampai jebakannya menangkapmu. dan menyiksamu perlahan.
yang bagus akan memburuk sedikit demi sedikit. yang cantik akan memudar. tawa terhapus kesedihan. canda ditindih kemurungan. kepercayaan diracuni prasangka. 
kemarahan yang menyerangmu. bisa kau tepis dengan sejuta sikap acuh dan masa bodoh. 
masa bodoh. masa bodoh denganmu. masa bodoh dengannya. masa bodoh dengan semuanya. persetan dengan segala sikap dan tingkahnya. kata-kata kasarnya dan kesinisannya tak akan pernah berarti apa-apa. omong kosong. tak berharga. nol besar. kata-katanya yang dibumbui ratusan juta kesinisan dan emosi tak berlaku. hanya berlalu begitu saja. dan menghilang. tanpa bekas sedikit pun. secuil pun. setetes pun. semilitetes pun, tidak. silahkan bersikap begitu, dengan segala hormat tak akan ada yang akan menghalangi segala bentuk tingkah kasarmu. acuhmu membuatku kasihan. kau bukan ingin diacuhkan. lewat acuhmu, kau mencari perhatian yang kau buang demi sebuah gengsi. 
prasangka yang tadinya menggelungku. keheranan dan seribu pertanyaan yang tadinya bersarang di hati dan nalarku. hilang tersapu tornado masa bodoh. bbeeeeeuuuuggghhh,,,,
astaghfirullah.




salam saya


ndah


lupa tanggal brapaka tulis ini.

April 02, 2012

ke(tidak)beruntungan

menilai seberapa beruntung dirimu, tidak hanya dapat dilihat dari jumlah temanmu, dari berapa banyak orang yang mengenalmu, ataupun dari banyaknya jumlah orang-orang yang menyayangimu, seberapa banyak kau memenangkan undian, mendapatkan hadiah, mendapatkan apapun yang kau mau. apapun itu, yang bisa kau raba ataupun hanya bisa tersentuh oleh nalar dan perasaanmu. saya rasa apa yang dinamakan beruntung masih jauh dari itu.
bicara soal beruntung ataupun kurang beruntung. saya masih merasa tidak seberuntung orang-orang di sekelilingku. hari ini saya berupaya mengasihani diriku yang sepertinya selalu saja dilingkupi, dikungkung oleh segala hal yang berbau tidak beruntung.
banyak hal yang membuatku merasa seperti itu. ini bukan curhatan kosong tak berguna keluhan galau untuk kalian baca. jangan mengasihaniku saat kalian-mungkin- saja sedang membaca atau tidak sengaja membaca tulisan yang agak sedikit ngaco dan memprihatinkan ini.
seberapa yakin kita jika sebenarnya kita ini termasuk sebagai orang yang beruntung? dan seberapa yakinkah saya, bahwa sebenarnya saya juga beruntung. mungkin saja beruntung, seberuntung kalian. masuk ke dalam golongan "kita" ada hal, banyak hal yang sebenarnya ingin saya tumpahkan disini. sebanyak tumpahan minyak di samudera yang mencemari habitat hidup ikan dan teman-temanya. tapi percayalah, insyaAllah hal yang saya akan tumpahkan ini tidak mencemari kalian. saya tidak pernah bermaksud, sedikitpun tidak pernah terlintas di benakku untuk membagi kesusahanku, kesedihanku sehingga mencemari kesenangan kalian.
mengapa saya merasa tidak beruntung? pertanyaan ini kadang datang menyerangku. tidak hanya sesekali. seringkali beruntun, terus-menerus mencekoki otakku dengan akarnya yang seiring berlalunya detik semakin kuat.  saya selalu bertanya itu kepada diri saya. saya tau jawabannya. bahkan saya bisa menjelaskan alasan dari jawaban yang saya limpahkan untuk pertanyaanku ini. setiap saya menjawabnya dengan segala tetekbengek alasan-alasan yang masuk akal, dengan alasan yang kuat dan bisa diterima. sekuat itu juga bahasa penyangkalanku bertahan. bertahan pada poin "ketidakberuntungan". entahlah. saya bisa mengatakan saat ini juga, kalau setiap manusia memiliki porsinya masing-masing baik dalam hal keberuntungan dan ketidakberuntungan dan kekurangberuntungan yang menimpanya. saya juga bisa memposisikan diriku untuk membuatnya mengerti akan ketetapan itu.
sejuta satu alasan pembenaran dan pembelaan tentang seberapa beruntungnya diriku akan dilawan oleh sepuluh juta satu alasan penyangkalan yang membuktikan ketidakberuntunganku. bahwa saya adalah manusia yang paling malang, bodoh, yang patut dikasihani, dibohongi dengan sejuta topeng senyum palsu. di satu sisi lain saya merasa beruntung. di satu sisi lainnya yang memiliki wilayah yang luasnya sepuluh kali lipat dari sisi beruntung saya, diduduki oleh ketidakberuntungan saya. apa sebenarnya beruntung itu? apa sebenarnya ketidakberuntungan itu? apa yang menguntungkan dari merasa beruntung, lebih beruntung ataupun sangat beruntung. dan apa yang merugikan dari merasa kurang beruntung ataupun sama sekali tidak beruntung.

salam saya, 



ndah

12.51 am
28 03 2012