saat koloni air membasahi bumi
sehabis menghadap-Nya kita diam sejenak dan merenung
kita saling tersenyum dan menjabat tangan
merasakan hening dan nyaman rumahNya
berbaring sejenak, saling menatap
dan kembali tertawa.
mengingat masa-masa yang telah lalu.
saat-saat suka, di waktu sulit melanda, dan diam meraja
hahaha...entah apa yang terjadi antara kita.
saya terdiam, kamu juga diam
moment aneh yang menyiksa,
tak jarang kita berada dalam satu keadaan,
keadaan yang membuat seharusnya kita saling menyapa
melempar senyum, melayangkan jutaan canda yang mengundang gelak
tapi entah, kita hanya diam
saat itu mendung hitamkan langit, rerintik air mulai turun
kita menyukai saat-saat seperti ini
kita masih berleha di rumahNya.
kau mulai bercerita, saya mendengarkan, berkomentar
saya mulai bercerita, kau mendengarkan, dan berkomentar
dan sesaat kemudian, kau membahas masa diam kita beribu jam lalu
mencoba mengingat, dan tertawa sejenak, mulai membongkar akar masalah diam kita,
saya mulai bercerita, mengungkit kisah usang itu yang sebenarnya sudah terlupa, tapi kembali teringat karenamu
saya mengungkit, kamu terpaku, tersenyum malu, dan kita tertawa.
mengenang masa diam kita.
beban di hati yang terbenam dan berkarat terangkat dengan gampangnya
semua telah lewat, semua hilang seketika. kita tersenyum, berpelukan, dan kembali tertawa.
mengingat kembali masa diam kita.
kita diam karena kita rasa diam adalah jalan terbaik. ternyata kita salah.
diam selamanya bukan jalan yang terbaik.
kita diam, karena marah dan rasa bersalah membungkus hati yang semustinya tak harus diam.
di dalam rumahNya, saat air langit mulai deras membasahi halamanNya, saat genderang langit mulai tertabuh kencang.
kita tersenyum, memaafkan, dan tertawa mengenang saat kita terdiam.
sehabis menghadap-Nya kita diam sejenak dan merenung
kita saling tersenyum dan menjabat tangan
merasakan hening dan nyaman rumahNya
berbaring sejenak, saling menatap
dan kembali tertawa.
mengingat masa-masa yang telah lalu.
saat-saat suka, di waktu sulit melanda, dan diam meraja
hahaha...entah apa yang terjadi antara kita.
saya terdiam, kamu juga diam
moment aneh yang menyiksa,
tak jarang kita berada dalam satu keadaan,
keadaan yang membuat seharusnya kita saling menyapa
melempar senyum, melayangkan jutaan canda yang mengundang gelak
tapi entah, kita hanya diam
saat itu mendung hitamkan langit, rerintik air mulai turun
kita menyukai saat-saat seperti ini
kita masih berleha di rumahNya.
kau mulai bercerita, saya mendengarkan, berkomentar
saya mulai bercerita, kau mendengarkan, dan berkomentar
dan sesaat kemudian, kau membahas masa diam kita beribu jam lalu
mencoba mengingat, dan tertawa sejenak, mulai membongkar akar masalah diam kita,
saya mulai bercerita, mengungkit kisah usang itu yang sebenarnya sudah terlupa, tapi kembali teringat karenamu
saya mengungkit, kamu terpaku, tersenyum malu, dan kita tertawa.
mengenang masa diam kita.
beban di hati yang terbenam dan berkarat terangkat dengan gampangnya
semua telah lewat, semua hilang seketika. kita tersenyum, berpelukan, dan kembali tertawa.
mengingat kembali masa diam kita.
kita diam karena kita rasa diam adalah jalan terbaik. ternyata kita salah.
diam selamanya bukan jalan yang terbaik.
kita diam, karena marah dan rasa bersalah membungkus hati yang semustinya tak harus diam.
di dalam rumahNya, saat air langit mulai deras membasahi halamanNya, saat genderang langit mulai tertabuh kencang.
kita tersenyum, memaafkan, dan tertawa mengenang saat kita terdiam.
10.39 am
150512
150512
salam,
ndah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar